BAB I
PENDAHULUAN
Al-Hadits yang
merupakan Sumber Hukum Kedua dalam Islam setelah Al-Quran, yang dalam
penyampaiannya dibutuhkan Metode-metode sehingga Hadits-hadits Nabi ini bisa
sampai pada zaman sekarang dan masih tetap Relevan dipakai dan dipelajari meskipun
telah 14 abad yang lalu Hadits ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini
tidak lain adalah karena usaha para Tokoh-tokoh Hadis dari golongan Shahabat
sejak zaman Nabi, Zaman Khulafaur Rasyidun, Zaman Tabi’, zaman Tabi’-tabi’in
sampai pada abad Sekarang.
Dari sekian banyak Shahabat, tentu
diantara mereka itu mempunyai kelebihan satu sama lain dalam meriwayat
Hadits-hadits. Di antara para Shahabat yang telah ikut membantu dalam
penyampaian dan meriwayatkan Hadits yang menjadi pembahasan dalam makalah ini
adalah seorang Tokoh Hadits yang bernama Anas bin Malik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Anas bin Malik
Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik
ibn al-Nadhar ibn Dhamdham Ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn
Abdi ibn al- Najar al-Anshari. Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8
tahun sebelum Hijriah. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim
ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Beliau seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits
dan pembantu Rasul.[1]
Dalam referensi yang lain. Beliau lahir pada tahun 10 sebelum Hijriah, dan
wafat pada tahun 93 H di Bashrah dan sahabat yang paling akhir meninggal di
Bashrah .[2]
Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najja.
[3]
Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin
Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ketika
nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya
datang kepada nabi saw dan berkata kepadanya: "Ini adalah Anas anak yang
pandai yang akan menjadi pembantumu". Maka nabi pun menerimanya[4].
Pendapat lain mengatakan bahwa ibunya bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun
masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik,
meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri
menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya
ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau hidup menjadi yatim.
Anas bin Malik masih dalam usia belia saat Ibunya yang
bernama Al Ghumaisha mengajarkan kepadanya Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat).
Al Ghumaisha mengisi hati Anas untuk mencintai Sang Nabi pembawa Ajaran Islam
yang bernama Muhammad bin Abdillah alaihi afdhalus shalati wa azkas salam. Anas
pun langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak mengherankan, terkadang telinga
dapat membuat seseorang menjadi jatuh cinta sebelum pandangan mata menyaksikan.
Betapa anak yang masih dalam usia belia ini berharap
untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada di Mekkah, atau Rasul Saw berkenan
untuk mengunjungi mereka di Yatsrib agar ia puas melihatnya dan bergembira
karena telah berjumpa dengannya.
Tidak lama berselang hingga di kota Yatsrib yang
beruntung ini tersebar kabar bahwa Nabi Saw dan sahabatnya yang bernama As
Shiddiq (Abu Bakar) sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib. Maka setiap rumah
menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira
dibuatnya. Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti
perjalanan yang disusuri oleh Nabi Saw dan sahabatnya menuju kota Yatsrib.
Para remaja setiap pagi berteriak:
“Muhammad telah datang!” Anas bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju
ke sumber suara; akan tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali
dengan hati yang sedih.
Di suatu pagi yang cerah dan segar,
beberapa orang pria di kota Yatsrib berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad
dan seorang sahabatnya hampir tiba di Madinah. Serentak beberapa orang pria
dewasa bergerak menuju jalan yang disusuri oleh Nabi Saw. Mereka semua bergegas
secara berbondong-bondong berlari menghampiri Nabi Saw dan di antara mereka
juga banyak anak dalam usia belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia
pergi menyongsong kedatangan sang Nabi Saw. Di barisan para anak usia belia
tersebut terdapat seorang anak yang bernama Anas bin Malik Al Anshary.
Tibalah Rasul SAW beserta sahabatnya
As Shiddiq. Mereka berdua tiba dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk
Madinah yang penuh sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak. Sedang
para ibu dan gadis berada di atap rumah, memandang dari kejauhan datangnya sang
Rasul Saw. Mereka bertanya-tanya: “Yang mana Rasul.... Yang mana Rasul?” Hari
itu menjadi sejarah... Anas masih terus mengenangnya hingga pada usianya yang
lebih dari 100 tahun.
Baru saja Rasulullah SAW hendak
tinggal dan menetap di Madinah; datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya
Anas menghadap Beliau. Al Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang
diajak untuk menghadap Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian
rambut kecil yang bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya... Lalu Al
Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Saw seraya berkata: “Ya Rasulullah...
Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali
mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan
hadiah selain anak ini saja... Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka
hatimu!” Nabi Saw gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima Anas dengan wajah
yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan tangan Beliau yang mulia.
Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan jari Beliau yang lembut. Akhirnya
Rasul Saw menerima Anas menjadi anggota keluarganya.
Anas atau Unais sebagaimana penduduk
Madinah memanggilnya dengan panggilan manja, saat itu berusia 10 tahun saat ia
mulai bahagia dapat membantu Nabi SAW. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Saw
hingga Beliau dipanggil oleh Allah Swt. Anas mendampingi Nabi SAW selama 10
tahun, dimana ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi Saw untuk mensucikan
dirinya. Ia juga menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang
dadanya. Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji
Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Anas baru berusia 10
tahun. Ibunya, Al Ghumaisha (Ummu Sulaim), menyerahkan Anas kepada Rasul SAW
agar dapat berkhidmat kepada Rasul. Anas kemudian tumbuh dan besar bersama
Rasul SAW, dan ia berkhidmat pada Rasul SAW selama 10 tahun.[5]
Selama ia tinggal di rumah
Rasullullah tidak pernah Nabi mencelanya dari apa-apa yang dia lakukan. Ia
tinggal bersama Rasullullah selama 10 tahun; tetapi selama ia berada di kediaman
Rasullullah tersebut pernah juga salah seorang keluarga Nabi menegurnya dalam
bentuk cacian. Tetapi melihat hal demikian itu, maka Rasullullah mengingatkan
kepada keluarga tersebut agar apa-apa yang dilakukan oleh Anas tidak perlu
diberikan peneguran yang bersifat kasar. Rasullullah mengatakan biarkan ia
walaupun apa yang ditakdirkan terjadi.[6]
Rasul SAW sendiri memperlakukannya
dengan sangat bijaksana, bukan sebagai seorang tuan kepada pembantunya. Dalam
hal ini, Anas pernah bercerita, bahwa Rasul SAW tidak pernah menyinggung
perasaannya, bermasam muka, atau menegur apa saja yang dikerjakan atau yang
ditinggalkannya, kecuali hanya menyerahkannya kepada Allah SWT.[7]
Dengan demikian, maka Anas dapat menyaksikan apa yang tidak dapat disaksikan
oleh orang lain terhadap sikap Nabi SAW, selama ia berada di tempat Rasullullah
itu.
Anas dalam pergaulannya dengan Nabi
SAW mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga
menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri
kepadanya. Mari kita persilahkan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah
menarik dari pergaulannya dengan Rasul Saw yang ia dapatkan dalam asuhan
Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia amat
berkompeten... Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Saw adalah manusia yang
paling baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan Beliau
adalah manusia yang paling penyayang... Beliau pernah menyuruhku untuk membeli
sesuatu dan akupun keluar untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat untuk
bermain bersama para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang
diperintahkan oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi
aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik
bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Saw. Beliau
tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah melakukan apa yang aku
suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik... aku akan melakukannya sekarang,
Ya Rasulullah....” Demi Allah, aku sudah membantu Beliau 10 tahun lamanya,
namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata:
“Mengapa kau lakukan ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak
aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?”
Rasulullah Saw jika memanggil Anas
maka Beliau memanggilnya dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang
Beliau memanggilnya dengan Unais. Kadang kala Beliau memanggilnya dengan
‘Anakku’. Sering kali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi
relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat Beliau kepada Anas:
“Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada
dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku, yang demikian
adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka ia telah
mencintaiku... barang siapa yang mencintaiku maka ia akan berada di surga
bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam karena itu
akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”
B.
Kepribadian
Anas bin Malik. Anas bin Malik adalah seorang sahabat yang terkenal wara’, banyak
ibadahnya, dan sedikit bicaranya. sehingga Abu Hurairah pernah berkomentar
tentang Anas, “Saya tidak melihat sesorang yang ibadah shalatnya menyerupai
Rasul SAW selain ibn Sulaim, yaitu Anas”.[8]
Anas
masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah Saw sepanjang
umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan Beliau. Begitu
terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi pembicaraan tentang hal
tersebut... Anas begitu keras untuk berusaha mencontoh Rasulullah Saw dalam
perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi SAW, dan membenci
apa yang Beliau benci. Hal yang paling sering ia ingat saat bersama Nabi Saw adalah
2 hari: Hari pada kali pertama ia berjumpa dengan Nabi SAW, dan hari dimana
Beliau wafat pada terakhir kali. Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa
Rasul, ia menjadi gembira dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak.
Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan
menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu
menjadi menangis. Sering kali ia berkata: “Aku melihat Nabi
Saw saat Beliau datang kepada kami, dan akupun melihatnya saat Beliau wafat.
Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada
hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada hari
ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap.
Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar Beliau
di buka. Aku melihat wajah Beliau seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang
berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah Beliau. Hampir saja
mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka
untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah Saw di penghujung hari itu. Kami belum
pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah
Beliau saat kami mengubur jasad Beliau dengan tanah.”
Rasulullah
Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa Beliau untuknya
adalah: “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu
(Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).”
Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku Anshar yang
paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila
ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Allah Swt
memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3
tahun lagi. Anas ra senantiasa berharap syafaat Nabi Saw untuk dirinya pada
hari kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap dapat
berjumpa dengan Rasulullah SAW pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata
kepada Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais”.
C.
Mencari
dan Meriwayatkan Hadits.
Setelah
Rasulullah SAW wafat Anas bin Malik masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya;
Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah SAW, dan ia
mencoba mengasah otaknya dengan fikih yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dalam masa
yang sepanjang itu, Anas telah banyak menghidupkan hati para sahabat dan
tabi’in2 dengan petunjuk dan ajaran Nabi SAW. Ia juga sering memberitahukan
kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah SAW. Dalam usia panjang yang
dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi kaum muslimin saat itu. Mereka
akan mengadukan permasalahan kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan.
Setiap kali merasa bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada
Anas dan percaya atas apa yang ia putuskan. Salah satunya adalah sebagian orang
yang memperdebatkan masalah agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi SAW di
hari kiamat. Mereka bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar: “Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat
orang-orang sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak
wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia melakukan shalat pasti ia
berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Nabi SAW.”
Sumber
hadits Anas, selain berasal langsung dari Nabi SAW., juga diperolehnya melalui:
·
Abu Bakar,
·
Umar bin khatab,
·
Utsman bin affan,
·
‘Abdullah ibn Mas’ud,
·
‘Abdullah ibn Rawahah,
·
Fatimah al-Zahra’,
Sedangkan
dari kalangan Tabi’in adalah:
·
Al-Hasan Al-Bisyri,
·
Sulaiman Al-Tamimi,
·
Abu Qilabah,
·
Ishaq ibn AbiThalhah,
·
Abd Al-Aziz ibn Suhaib,
·
Qatadah,
·
Humaid Al-Thawil dan
Dan dari Anas, telah meriwayatkan
hadits-haditsnya sejumlah sahabat dan tabi’in, seperti:
·
Al-Hasan,
·
Abu Qalabah,
·
Abu Majaz,
·
Muhammad ibn Sirin,
Beliau telah meriwayatkan 2.286 buah hadits. Bukhari Muslim
meriwayatkan sebanyak 218 buah hadits. Yang disepakati Bukhari Muslim 168 buah
Hadits. Bukhari saja sebanyak 80 buah hadits dan Muslim saja sebanyak 70 buah
hadits.[12]
Di sini menurut analisa penulis terjadi perbedaan jumlah uraian
Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, dalam referensi yang lain
disebutkan, sejumlah 166 hadits disepakati oleh Bukhari Muslim, 93 di antaranya
diriwayatkan oleh Bukhari sendiri dan 70 diriwayatkan oleh Muslim sendiri.[13]
Anas adalah perawi hadits terbanyak ketiga dikalangan sahabat.
Riwayat yang paling shahih dari Anas adalah melalui jalur Malik, dari
Al-Zuhri, dan dari Anas. Sedangkan yang paling lemah adalah melalui jalur Daud
ibn al-Muhabbar, dari Abban ibn Abi Ilyasi, dari Anas.[14]
Do'a Rasul terhadap Anas
Ibunya datang kepada Rasulullah n dan
berkata : "Wahai Rasulullah n ini adalah Anas, anak yang cerdas mau
menbantumu". Kemudian Anas diserahkan kepada Rasulullah n dan beliau pun
menerimanya. Ibunya pun memohon kepada Rasulullah n untuk mendoakan Anas, maka
Rasul pun berdoa untuknya,
• اللهم أكثر ماله وولده وأدخله الجنة
• اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ عُمُرَهُ وَاغْفِرْ
ذَنْبه .
"Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya,
serta masukkanlah dia ke dalam surga" dalam riwayat lain, "Ya
Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah
dosanya"[15]
D. Contoh Hadits Anas bin
Malik
حدثنا
أبو بكر بن أبي شيبة أخبرنا أبو معاوية عن عاصم عن مورق عن
أنس رضي الله عنه قال كنا مع
النبي صلى الله عليه وسلم في السفر فمنا الصائم ومنا المفطر قال فنزلنا
منزلا في يوم حار أكثرنا ظلا صاحب الكساء ومنا من يتقي الشمس بيده قال فسقط
الصوام وقام المفطرون فضربوا الأبنية وسقوا الركاب فقال رسول الله صلى
الله عليه وسلم ذهب المفطرون اليوم بالأجر .[16] (رواه مسلم)
Hadis riwayat Anas ra., ia
berkata:
“Kami pernah bersama Rasulullah
saw. dalam suatu perjalanan. Di antara kami ada yang tetap berpuasa dan ada
pula yang tidak puasa. Kami singgah di sebuah tempat saat hari sedang panas
sekali. Di antara kami yang paling banyak mendapat naungan ialah orang-orang
yang berpakaian lengkap, sementara orang-orang yang tidak berpakaian lengkap
mereka melindungi kepalanya dari teriknya matahari dengan menutupkan tangannya
ke atas. Maka orang-orang yang berpuasa berjatuhan (karena lemah) dan mereka
yang tidak puasa masih dapat tegak berdiri. Mereka kemudian mendirikan
tenda-tenda dan memberikan minum unta-unta. Lalu Rasulullah saw. bersabda:
Orang-orang yang berbuka hari ini pergi membawa pahala”.[17] (HR. Muslim)
Dalam Hadits ini
menerangkan bahwa ketika Rasulullah SAW pergi bersama sahabat dalam keadaan
cuaca sangat panas serta dalam keadaan berpuasa, sebagian sahabat masih dalam
keadaan berpuasa dan sebagian lagi tidak. Namun bagi mereka yang tidak berpuasa
mereka mendirikan tenda dan memberi minum unta. Dan dari sepotong sabda Nabi
SAW dimaksudkan bahwa mereka yang berbuka dalam perjalanan itu mendapat pahala
karena menolong bekerja mendirikan tenda dan member minum unta.
عن أبى حمزة أنس بن مالك رضى الله عنه خادم رسول الله صلى
الله عليه وسلم عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : لا يؤمن أحدكم حتى يحب الأخيه
ما يحب لنفسه
(رواه البخارى ومسلم)[18]
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiyallhu’anhu Pelayan Rasulullah
SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda: ”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang
di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesame muslim) segala
sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim).
D.
Komentar
para Ulama.
Abu Hurairah
dalam komentarnya menyebutkan : “Saya
tidak melihat seseorang yang ibadah shalatnya menyerupai shalat Rasul
SAW selain ibn Ummu Sulaim, yaitu Anas”.[19]
Karena keluasan ilmunya tersebut
Qatadah mengatakan, bahwa pada hari Anas wafat, Muwarid berkata: “pada hari ini
telah lenyap seperdua ilmu.”
E. Wafat Anas bin Malik.
Ketika
Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, Ia berujar kepada keluarganya:
“Talqinkan Aku kalimat La ilaha illahu, Muhammadun Rasulullah.” Ia terus
mengucapkan kalimat tadi hingga ia meninggal. Ia berwasiat kepada keluarganya
tentang sebuah Tongkat kecil milik Rasulullah SAW agar tongkat tersebut
dikuburkan bersamanya. Maka Tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan
bajunya.
Selamat kepada Anas bin Malik
atas anugerah kebaikan yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Ia pernah hidup
dalam bimbingan Rasulullah Saw 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk Perawi Hadits
Rasul terbanyak pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al Ghumaisha
atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum Muslimin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Nama
lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadhar ibn Dhamdham
Ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn Abdi ibn al- Najar
al-Anshari. Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum
Hijriah, dan wafat pada tahun 93 H di Bashrah dan sahabat yang paling akhir
meninggal di Bashrah
2.
Berasal
dari keturunan Bani Annaja’, ibunya ummu sulaim
3.
Anas bin Malik telah meriwayatkan 2.286 buah hadits.
4.
Riwayat yang paling shahih dari Anas adalah melalui jalur Malik,
dari Al-Zuhri, dan dari Anas. Sedangkan yang paling lemah adalah melalui jalur
Daud ibn al-Muhabbar, dari Abban ibn Abi Ilyasi, dari Anas
B. Saran
Uraian dari makalah yang kami sajikan ini masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan, baik dari keterbatasan sumber yang kami
peroleh maupun dalam penggunaan bahasa. Maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
[1] www.Google.com
[2] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
,2006), hlm. 217.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_bin_Malik
[4] http://www.ppnuruliman.com/biografi/147-anas-bin-malik-sang-pembantu-rasulullah.html
[5] Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2003),
hlm. 448
[6] Achmad Usman, Riwayat Hidup Beberapa Tokoh Perawi Hadis, (Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 1982), hlm. 18.
[7] Munzier Suparta, op.cit., hlm. 218
[8] Nawir Yuslem, ibid., hlm.448
[9] Nawir Yuslem, op.cit., hlm. 449
[10] Munzier Suparta, loc. cit.
[11] Nawir Yuslem, loc. cit.
[12] Achmad Usman, loc. cit
[13] Munzier Suparta, op. cit., hlm. 219
[14] Nawir Yuslem, loc. cit.
[15] http://www.ppnuruliman.com/biografi/147-anas-bin-malik-sang-pembantu-rasulullah.html
[16] Shahih Muslim, Juz 1, (Semarang,
Toha Putra,
[17] www.Al-Islam.com
[18] Imam Yahya ibn Syarif al-Din an-Nawawi, Matan Arba’in Nawawi, (Semarang, Maktabah Usaha
Keluarga) hlm. 11