Jumat, 10 Mei 2013

RIJALUL HADITS



BAB I
PENDAHULUAN

Al-Hadits yang merupakan Sumber Hukum Kedua dalam Islam setelah Al-Quran, yang dalam penyampaiannya dibutuhkan Metode-metode sehingga Hadits-hadits Nabi ini bisa sampai pada zaman sekarang dan masih tetap Relevan dipakai dan dipelajari meskipun telah 14 abad yang lalu Hadits ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini tidak lain adalah karena usaha para Tokoh-tokoh Hadis dari golongan Shahabat sejak zaman Nabi, Zaman Khulafaur Rasyidun, Zaman Tabi’, zaman Tabi’-tabi’in sampai pada abad Sekarang. 
Dari sekian banyak Shahabat, tentu diantara mereka itu mempunyai kelebihan satu sama lain dalam meriwayat Hadits-hadits. Di antara para Shahabat yang telah ikut membantu dalam penyampaian dan meriwayatkan Hadits yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah seorang Tokoh Hadits yang bernama Anas bin Malik.


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Sejarah Awal Anas bin Malik
Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadhar ibn Dhamdham Ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn Abdi ibn al- Najar al-Anshari. Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Beliau seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul.[1] Dalam referensi yang lain. Beliau lahir pada tahun 10 sebelum Hijriah, dan wafat pada tahun 93 H di Bashrah dan sahabat yang paling akhir meninggal di Bashrah .[2] Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najja. [3]
Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan berkata kepadanya: "Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan menjadi pembantumu". Maka nabi pun menerimanya[4]. Pendapat lain mengatakan bahwa ibunya bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau hidup menjadi yatim.
Anas bin Malik masih dalam usia belia saat Ibunya yang bernama Al Ghumaisha mengajarkan kepadanya Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat). Al Ghumaisha mengisi hati Anas untuk mencintai Sang Nabi pembawa Ajaran Islam yang bernama Muhammad bin Abdillah alaihi afdhalus shalati wa azkas salam. Anas pun langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak mengherankan, terkadang telinga dapat membuat seseorang menjadi jatuh cinta sebelum pandangan mata menyaksikan.
Betapa anak yang masih dalam usia belia ini berharap untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada di Mekkah, atau Rasul Saw berkenan untuk mengunjungi mereka di Yatsrib agar ia puas melihatnya dan bergembira karena telah berjumpa dengannya.
Tidak lama berselang hingga di kota Yatsrib yang beruntung ini tersebar kabar bahwa Nabi Saw dan sahabatnya yang bernama As Shiddiq (Abu Bakar) sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib. Maka setiap rumah menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira dibuatnya. Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti perjalanan yang disusuri oleh Nabi Saw dan sahabatnya menuju kota Yatsrib.

Para remaja setiap pagi berteriak: “Muhammad telah datang!” Anas bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju ke sumber suara; akan tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali dengan hati yang sedih.

Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang pria di kota Yatsrib berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad dan seorang sahabatnya hampir tiba di Madinah. Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak menuju jalan yang disusuri oleh Nabi Saw. Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong berlari menghampiri Nabi Saw dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong kedatangan sang Nabi Saw. Di barisan para anak usia belia tersebut terdapat seorang anak yang bernama Anas bin Malik Al Anshary.

Tibalah Rasul SAW beserta sahabatnya As Shiddiq. Mereka berdua tiba dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang penuh sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak. Sedang para ibu dan gadis berada di atap rumah, memandang dari kejauhan datangnya sang Rasul Saw. Mereka bertanya-tanya: “Yang mana Rasul.... Yang mana Rasul?” Hari itu menjadi sejarah... Anas masih terus mengenangnya hingga pada usianya yang lebih dari 100 tahun.

Baru saja Rasulullah SAW hendak tinggal dan menetap di Madinah; datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya Anas menghadap Beliau. Al Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk menghadap Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian rambut kecil yang bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya... Lalu Al Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Saw seraya berkata: “Ya Rasulullah... Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja... Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!” Nabi Saw gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima Anas dengan wajah yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan tangan Beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan jari Beliau yang lembut. Akhirnya Rasul Saw menerima Anas menjadi anggota keluarganya.

Anas atau Unais sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya dengan panggilan manja, saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia dapat membantu Nabi SAW. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Saw hingga Beliau dipanggil oleh Allah Swt. Anas mendampingi Nabi SAW selama 10 tahun, dimana ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi Saw untuk mensucikan dirinya. Ia juga menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
Ketika Rasulullah SAW  hijrah ke Madinah, Anas baru berusia 10 tahun. Ibunya, Al Ghumaisha (Ummu Sulaim), menyerahkan Anas kepada Rasul SAW agar dapat berkhidmat kepada Rasul. Anas kemudian tumbuh dan besar bersama Rasul SAW, dan ia berkhidmat pada Rasul SAW selama 10 tahun.[5]
Selama ia tinggal di rumah Rasullullah tidak pernah Nabi mencelanya dari apa-apa yang dia lakukan. Ia tinggal bersama Rasullullah selama 10 tahun; tetapi selama ia berada di kediaman Rasullullah tersebut pernah juga salah seorang keluarga Nabi menegurnya dalam bentuk cacian. Tetapi melihat hal demikian itu, maka Rasullullah mengingatkan kepada keluarga tersebut agar apa-apa yang dilakukan oleh Anas tidak perlu diberikan peneguran yang bersifat kasar. Rasullullah mengatakan biarkan ia walaupun apa yang ditakdirkan terjadi.[6]
Rasul SAW sendiri memperlakukannya dengan sangat bijaksana, bukan sebagai seorang tuan kepada pembantunya. Dalam hal ini, Anas pernah bercerita, bahwa Rasul SAW tidak pernah menyinggung perasaannya, bermasam muka, atau menegur apa saja yang dikerjakan atau yang ditinggalkannya, kecuali hanya menyerahkannya kepada Allah SWT.[7] Dengan demikian, maka Anas dapat menyaksikan apa yang tidak dapat disaksikan oleh orang lain terhadap sikap Nabi SAW, selama ia berada di tempat Rasullullah itu.
Anas dalam pergaulannya dengan Nabi SAW mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya. Mari kita persilahkan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah menarik dari pergaulannya dengan Rasul Saw yang ia dapatkan dalam asuhan Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia amat berkompeten... Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan Beliau adalah manusia yang paling penyayang... Beliau pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan akupun keluar untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat untuk bermain bersama para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Saw. Beliau tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik... aku akan melakukannya sekarang, Ya Rasulullah....” Demi Allah, aku sudah membantu Beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata: “Mengapa kau lakukan ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?”
Rasulullah Saw jika memanggil Anas maka Beliau memanggilnya dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang Beliau memanggilnya dengan Unais. Kadang kala Beliau memanggilnya dengan ‘Anakku’. Sering kali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat Beliau kepada Anas: “Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku, yang demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku... barang siapa yang mencintaiku maka ia akan berada di surga bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”

B.     Kepribadian Anas bin Malik.                                                                                              Anas bin Malik adalah seorang sahabat yang terkenal wara’, banyak ibadahnya, dan sedikit bicaranya. sehingga Abu Hurairah pernah berkomentar tentang Anas, “Saya tidak melihat sesorang yang ibadah shalatnya menyerupai Rasul SAW selain ibn Sulaim, yaitu Anas”.[8]
            Anas masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah Saw sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan Beliau. Begitu terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi pembicaraan tentang hal tersebut... Anas begitu keras untuk berusaha mencontoh Rasulullah Saw dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi SAW, dan membenci apa yang Beliau benci. Hal yang paling sering ia ingat saat bersama Nabi Saw adalah 2 hari: Hari pada kali pertama ia berjumpa dengan Nabi SAW, dan hari dimana Beliau wafat pada terakhir kali. Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menjadi menangis. Sering kali ia berkata: “Aku melihat Nabi Saw saat Beliau datang kepada kami, dan akupun melihatnya saat Beliau wafat. Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada hari ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap. Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar Beliau di buka. Aku melihat wajah Beliau seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah Saw di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah Beliau saat kami mengubur jasad Beliau dengan tanah.”
            Rasulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa Beliau untuknya adalah: “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).” Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Allah Swt memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. Anas ra senantiasa berharap syafaat Nabi Saw untuk dirinya pada hari kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais”.

C.    Mencari dan Meriwayatkan Hadits.
                  Setelah Rasulullah SAW wafat Anas bin Malik masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya; Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah SAW, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan fikih yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas telah banyak menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in2 dengan petunjuk dan ajaran Nabi SAW. Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah SAW. Dalam usia panjang yang dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi kaum muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan permasalahan kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali merasa bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada Anas dan percaya atas apa yang ia putuskan. Salah satunya adalah sebagian orang yang memperdebatkan masalah agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi SAW di hari kiamat. Mereka bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar: “Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat orang-orang sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia melakukan shalat pasti ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Nabi SAW.”

Sumber hadits Anas, selain berasal langsung dari Nabi SAW., juga diperolehnya melalui:
·         Abu Bakar,
·          Umar bin khatab,
·          Utsman bin affan,
·         ‘Abdullah ibn Mas’ud,
·         ‘Abdullah ibn Rawahah,
·         Fatimah al-Zahra’,
·         ‘Abd Rahman ibn ‘Auf, dan lain-lain.[9]
                        Sedangkan dari kalangan Tabi’in adalah:
·         Al-Hasan Al-Bisyri,
·         Sulaiman Al-Tamimi,
·         Abu Qilabah,
·         Ishaq ibn AbiThalhah,
·         Abd Al-Aziz ibn Suhaib,
·         Qatadah,
·         Humaid Al-Thawil dan
·         Muhammad ibn Sirin.[10]
      Dan dari Anas, telah meriwayatkan hadits-haditsnya sejumlah sahabat dan tabi’in, seperti:
·         Al-Hasan,
·         Abu Qalabah,
·         Abu Majaz,
·          Muhammad ibn Sirin,
·         Ibn Syihab al-Zuhri, dan lain-lain.[11]
Beliau telah meriwayatkan 2.286 buah hadits. Bukhari Muslim meriwayatkan sebanyak 218 buah hadits. Yang disepakati Bukhari Muslim 168 buah Hadits. Bukhari saja sebanyak 80 buah hadits dan Muslim saja sebanyak 70 buah hadits.[12]
Di sini menurut analisa penulis terjadi perbedaan jumlah uraian Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, dalam referensi yang lain disebutkan, sejumlah 166 hadits disepakati oleh Bukhari Muslim, 93 di antaranya diriwayatkan oleh Bukhari sendiri dan 70 diriwayatkan oleh Muslim sendiri.[13]
Anas adalah perawi hadits terbanyak ketiga dikalangan sahabat. Riwayat yang paling shahih dari Anas adalah melalui jalur Malik, dari Al-Zuhri, dan dari Anas. Sedangkan yang paling lemah adalah melalui jalur Daud ibn al-Muhabbar, dari Abban ibn Abi Ilyasi, dari Anas.[14]           
Do'a Rasul terhadap Anas

Ibunya datang kepada Rasulullah n dan berkata : "Wahai Rasulullah n ini adalah Anas, anak yang cerdas mau menbantumu". Kemudian Anas diserahkan kepada Rasulullah n dan beliau pun menerimanya. Ibunya pun memohon kepada Rasulullah n untuk mendoakan Anas, maka Rasul pun berdoa untuknya,

           اللهم أكثر ماله وولده وأدخله الجنة 
           اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ عُمُرَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبه  .

"Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah dia ke dalam surga"  dalam riwayat lain, "Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya"[15]

D.  Contoh Hadits Anas bin Malik
حدثنا ‏ ‏أبو بكر بن أبي شيبة ‏ ‏أخبرنا ‏ ‏أبو معاوية ‏ ‏عن ‏ ‏عاصم ‏ ‏عن مورق ‏ ‏عن ‏ ‏أنس ‏ ‏رضي الله عنه ‏ ‏قال كنا مع النبي ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏في السفر فمنا الصائم ومنا المفطر قال فنزلنا منزلا في يوم حار أكثرنا ظلا صاحب الكساء ومنا من يتقي الشمس بيده قال فسقط الصوام وقام المفطرون فضربوا الأبنية وسقوا ‏ ‏الركاب ‏ ‏فقال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم  ذهب المفطرون اليوم بالأجر .[16] (رواه مسلم)
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Di antara kami ada yang tetap berpuasa dan ada pula yang tidak puasa. Kami singgah di sebuah tempat saat hari sedang panas sekali. Di antara kami yang paling banyak mendapat naungan ialah orang-orang yang berpakaian lengkap, sementara orang-orang yang tidak berpakaian lengkap mereka melindungi kepalanya dari teriknya matahari dengan menutupkan tangannya ke atas. Maka orang-orang yang berpuasa berjatuhan (karena lemah) dan mereka yang tidak puasa masih dapat tegak berdiri. Mereka kemudian mendirikan tenda-tenda dan memberikan minum unta-unta. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang yang berbuka hari ini pergi membawa pahala”.[17] (HR. Muslim)

Dalam Hadits ini menerangkan bahwa ketika Rasulullah SAW pergi bersama sahabat dalam keadaan cuaca sangat panas serta dalam keadaan berpuasa, sebagian sahabat masih dalam keadaan berpuasa dan sebagian lagi tidak. Namun bagi mereka yang tidak berpuasa mereka mendirikan tenda dan memberi minum unta. Dan dari sepotong sabda Nabi SAW dimaksudkan bahwa mereka yang berbuka dalam perjalanan itu mendapat pahala karena menolong bekerja mendirikan tenda dan member minum unta.
            عن أبى حمزة أنس بن مالك رضى الله عنه خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : لا يؤمن أحدكم حتى يحب الأخيه ما يحب لنفسه
(رواه البخارى ومسلم)[18]
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiyallhu’anhu Pelayan Rasulullah SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda: ”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesame muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim).

D.    Komentar para Ulama.
            Abu Hurairah dalam komentarnya menyebutkan : “Saya  tidak melihat seseorang yang ibadah shalatnya menyerupai shalat Rasul SAW selain ibn Ummu Sulaim, yaitu Anas”.[19]
            Karena keluasan ilmunya tersebut Qatadah mengatakan, bahwa pada hari Anas wafat, Muwarid berkata: “pada hari ini telah lenyap seperdua ilmu.”


E.     Wafat Anas bin Malik.
            Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, Ia berujar kepada keluarganya: “Talqinkan Aku kalimat La ilaha illahu, Muhammadun Rasulullah.” Ia terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia meninggal. Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah Tongkat kecil milik Rasulullah SAW agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka Tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya.
            Selamat kepada Anas bin Malik atas anugerah kebaikan yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah Saw 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk Perawi Hadits Rasul terbanyak pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al Ghumaisha atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum Muslimin.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
         Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1.        Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadhar ibn Dhamdham Ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn Abdi ibn al- Najar al-Anshari. Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah, dan wafat pada tahun 93 H di Bashrah dan sahabat yang paling akhir meninggal di Bashrah
2.        Berasal dari keturunan Bani Annaja’, ibunya ummu sulaim
3.        Anas bin Malik telah meriwayatkan 2.286 buah hadits.
4.        Riwayat yang paling shahih dari Anas adalah melalui jalur Malik, dari Al-Zuhri, dan dari Anas. Sedangkan yang paling lemah adalah melalui jalur Daud ibn al-Muhabbar, dari Abban ibn Abi Ilyasi, dari Anas

B.     Saran
         Uraian dari makalah yang kami sajikan ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, baik dari keterbatasan sumber yang kami peroleh maupun dalam penggunaan bahasa. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



[1] www.Google.com
[2] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, ,2006),  hlm. 217.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_bin_Malik
[4] http://www.ppnuruliman.com/biografi/147-anas-bin-malik-sang-pembantu-rasulullah.html
[5] Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2003), hlm. 448
[6] Achmad Usman, Riwayat Hidup Beberapa Tokoh Perawi Hadis, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hlm. 18.
[7] Munzier Suparta, op.cit., hlm. 218
[8] Nawir Yuslem, ibid., hlm.448
[9] Nawir Yuslem, op.cit., hlm. 449
[10] Munzier Suparta, loc. cit.
[11] Nawir Yuslem, loc. cit.
[12] Achmad Usman, loc. cit
[13] Munzier Suparta, op. cit., hlm. 219
[14] Nawir Yuslem, loc. cit.
[15]             http://www.ppnuruliman.com/biografi/147-anas-bin-malik-sang-pembantu-rasulullah.html

[16] Shahih Muslim, Juz 1, (Semarang, Toha Putra,
[17] www.Al-Islam.com
[18] Imam Yahya ibn Syarif al-Din an-Nawawi, Matan Arba’in Nawawi, (Semarang, Maktabah Usaha Keluarga) hlm. 11
[19] Nawir Yuslem, loc. cit., Munzier Suparta, loc. cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar